.

27 Juni, 2009

Theologi Syiah

Serial Artikel Aqidah dalam Islam

Akar Perpecahan Umat yang melahirkan Firqoh


Perpecahan dalam tubuh islam mulai berkembang dan tumbuh di saat wafat sang Kholifah kedua Al-Faruuq Umar bin Al Khattab RA, seorang yahudi telah membunuhnya di saat tubuh beliau tunduk patuh kepada Allah swt, semua ini memang telah diprediksi oleh Rasulallah saw, semenjak itu yahudi seakan menjadi sebuah duri di dalam daging tubuh umat islam, fitnah-fitnah yang ditimbulkan oleh yahudi seakan menjadi virus perpecahan yang amat mematikan dikalangan umat islam, hingga sampai pada permulaan klimaknya dengan terbunuhnya Khalifah ketiga dari Khulafaurrasyidin Dzunuraiin Usman bin Affan RA di saat beliau sedang khusuk melafalkan lantunan ayat-ayat Allah swt.

Bola liar ini pun seakan terus menggelinding dan meluas dengan ditandainya perang jamal. pada awalnya sekolompok umat islam yang dipimpin oleh Humairak Aisyah RA ini meminta klarifikasi kepada kholifah Ali bin Abi Tholib terhadap terbunuhnya Usman bin Affan dan meminta Ali untuk mengusutnya, kholifah keempat Ali bin Abi Tholib pun menjawab seruan itu tapi beliau butuh waktu hingga keadaann umat islam yang sedang memanas reda terlebih dahulu sehingga dengan sendirinya pelaku pembunuh usman bin affan terungkap, namun tiba-tiba pada saat itu kelompok Abdullah saba` seorang yahudi yang menunggangi kedua belah pihak tiba-tiba meluncurkan panah kearah pasukan Ali bin tholib dan kelompok yang berada di kelompok Aisyiah pun melakukan hal yang sama seketika itu juga terjadi perang yang dahsyat yang merenggut nyawa sahabat-sahabat nabi, Abdullah bin saba melakukan semua ini memiliki tujuan jika kedua belah pihak tidak terjadi perang maka bisa jadi pelaku pembunuhan Usman bin Affan dari golongan mereka bisa terungkap.

Pasca Perang Jamal keberadaan umat islam mulai terbelah puncaknya takkala terjadi perang Shiffin yang kemudian menghasilkan tahkim, Golongan-golongan yang yang memiliki kepentingan mulai memecah belah keadaan umat, pada awal pepecahan kepentingan golongan yang dipicu oleh ta`asyub berlebihan mulai timbul, kepercayaan islam mulai dinodai perselisihan dalam aqidah mulai meruncing, Abdullah bin Saba yang notabenenya seorang yahudi tulen yang memiliki tujuan terselubung pun mulai menyulut perselisihan dengan mengarsiteki kelahiran Syiah, Ibnu hajar menggambarkan bahwa Abdulah bin saba` merupakan sosok penggagas kelahiran Syiah Rofidhoh yang tergolong orang yang dijuluki dengan zindiq begitu juga ibnu Taimiyah pun memberi gambaran tentang kepribadian Abdullah bin Saba` merupakan golongan yang telah menyimpang dari ajaran islam yang telah menyebarkan pahamnya di kufah dan sekitarnya

Abdullah bin Saba` sebagaimana telah dikutip dalam buku Tarikh Sunnah Diktat kuliah Ushuluddin tingkat pertama universitas Al Azhar pun pernah secara langsung dan terang-terang pernah mengungkapkan kepada Ali bahwa Ali adalah Allah swt itu sendiri, seketika itu juga Ali terkejut dan menepis anggapan itu serta menyuruh Abdullah bin Saba untuk tobat dan kembali ke ajaran islam yang benar jika tidak maka akan ditumpas oleh Ali sendiri, namun kelompok Abdullah bin saba tetap berkeyakinan dan menyebarkan keyakinan mereka, kelahiran syiah ini pun seakan menjadi bibit subur dalam memicu kelahiran Firqoh-firqoh lain seperti khawarij dan golongan-golangan islam lainnya yang berselisih dalam teologi islam.

keadaan islam saat itu semakin mencuatkan kebenaran sabda nabi yang mengabarkan tentang keadaan umatnya yang akan terbagi kepada 73 firqoh dan hanya satu firqoh saja yang biasa memasuki surga, Prof Dr Muhammad sayyid ahmad Musayyar seorang guru besar aqidah wal filsafat fakultas Ushuludin Universitas al azhar di dalam bukunya yang berjudul muqoddimah fi dirasat firqah al islamiyah memberikan definisi tentang firqoh.

Firqoh menurut beliau merupakan perbedaan dalam bidang aqidah berbeda dalam bidang fiqih, beliau pun memaparkan tentang sebuah karya imam al Baghdadi dalam bukunya alfarqu baina firqoh yang memberikan batasan bahwa firqoh merupakan kelompok yang berselisih dengan firqoh annajihah dalam bidang adil dan tauhid atau dalam wa`du wal waid atau dalam bab qudrah wal istitho`ah atau dalam masalah takdir baik dan buruk atau dalam masalah hidayah dan kesesatan atau dalam masalah irodah dan masyiah atau dalam masalah rukyah dan idrak atau dalam masalah sifat-sifat Allah dan nama-namaNya dan dalam masalah-masalah aqidah lainya.

Imam Syahrastani pengarang buku milal wanni hal menjelaskan tentang 73 golongan, beliau berpendapat bahwa usul firqoh merujuk pada empat golongan : yaitu Al qodariyah wa al sifatiyah wa al khowarij dan al syi`ah, dan bermula dari kelompok-kelompok inilah umat islam terus berpecah sehingga 73 golongan, imam ibnu jauzy pengarang buku tablisu iblis memberikan pemaparan bahwa ushul firqoh dalam islam ada enam yaitu : Al hurriyah wa al qodariyah wa al jahmiyah wa al murji`ah wa al rofidhoh wa al jabariyah dan kemudian dari setiap kelompok ini akan terbagi kepada 12 golongan kecuali ahlu as sunnah wa al jama`ah.


Berkenalan dengan syiah

Syiah memiliki artian menurut buku al farqu baina firqoh yang disusun oleh Imam Al baghdadi memiliki pengertian yaitu kelompok yang membela Ali dan Ahlul bait.

Sebenarnnya perbedaan yang sangat mendasar anatar sunni dan syiah berada pada pandangan masing-masing golongan tentang Ali bin abi tholib ra, jikalau syiah mengangap Ali memiliki kelebihan di atas sahabat lainnya bahkan jika dirasa kecintaanya kaum syiah terlalu berlebihan dibanding kecintaan mereke kepada Nabi Muhammad saw, sedangkan Sunni memberikan pandangan bahwa Ali bin tholib ra tidak lebih hanya manusia biasa yang memiliki kedudukan yang sama dengan sahabat-sahabat nabi lainya yang memiliki kesalahan dan tidak maksum.

Sejalan dengan pengertian firqoh menurut Imam Al baghdadi, maka bisa dibuat sebuah garis lurus bahwa syiah merupakan salah satu firqoh dalam islam, karena Syiah merupakan salah satu kelompok yang berselisih dalam bidang Akidah bahkan imam al syahrastani dan ibnu jauzy bibit mengolongkan syiah sebagai akar dari bibit perkembangan firqoh-firqoh dalam islam.

Dikutip dalam buku Tarikh Sunnah yang disusun oleh lajnah min qisymil hadis wa `ilmuhu universitas Al Azhar Kairo bahwa syiah setidaknya memiliki beberapa ideologi dasar dalam akidah mereka diantaranya ideologi arraja` yang menerangkan bahwa beberapa golongan syiah menyakini bahwasanya Ali belum meninggal dunia tetapi dia hidup tersembunyi dan akan kembali guna menyebarkan keadilan dan menumpas kejahatan dan sebagian lagi menjadikan dari pemimpin-pemimpin mereka dari anak-anaknya Ali ra seperti kelompok syiah al kisaniyah yang memiliki keyakinan bahwa Muhammad ibnu al hanafiyah belum mati dan dia akan menyebarkan keadilan ke seluruh dunia sebagimana imam ali bin Abi tholib
Bahkan beberapa golongan syiah yang lain meyakini bahwa kita akan dibangkitkan sebelum hari kiamat berbeda dengan pandangan islam yang asli.

Ideologi selanjutnya yaitu An nubuwah : mereka menyerukan tentang kenabiannya Ali ra sebagai pewaris kenabian Nabi Muhammad saw atas dasar hadis nabi yang di sisi mereka hadis ini dianggap shohih, yaitu hadis tentang setiap Nabi memiliki pewaris dan pewaris ku adalah ali bin abi tholib, bahkan sebagian yang lain meyakini bahwasanya Jibril as keliru dalam menyampaikan Risalah kenabian kepada Nabi Muhammad saw tetapi seharusya kenabian itu adalah hak Ali bin Abi tholib ra yang lebih berbahaya lagi khomaeni dalam bukunya ... menegaskan bahwa kenabian dan dakwah nabi Muhammad belum sempurna dan imam-imam merekalah yang akan menyempurnakan kenabian Nabi Muhammad.

Ideologi mereka yang lain yaitu Ideologi tentang ilahiyah, sebahagian dari golongan syiah terutama pengikut Abdullah bin saba` Alhumairy pernah berkata kepada Ali bahwa kamu adalah dia, maka Ali pun balik bertanya lalu apa itu dia dan mereka dengan lantang menjawab kamu adalah Allah, bukan dalam hal ini saja Syiah pun memilki landasan keislaman yang berbeda dengan Sunni sebagamana dikutip oleh ihsan ilahi dhohir dalam kitabnya yang berjudul assyi`ah wal Al Qur`an dipaparkan bahwa disebutkan dalam buku alkaafi fil al ushul kitab al iman wa al kafr pada bab da aimu al islam halaman 8 bahwa golongan syiah berkata: sesungguhnya islam berdiri atas lima dasar : yaitu sholat, zakat, puasa, haji dan imamah.

Kedudukan imamah dalam tingkatan Imamah kaum syiah seakan memiliki kedudukan yang setara dengan kedudukan dua kalimat syahadat dalam rukun islam umat sunni, sehingga kaum syiah meyakini bahwa siapa yang tidak beriman dengan imamah maka dua kalimat syahadatya tidak syah dan belum sempurna keimanannya, dalam kitab Al Burhan pada bab muqodimah halamann 24 ditegaskan bahwa Ali bin abi Tholib ra pernah berkata sebagai berikut : siapa yang belum mengakui dengan walayati maka tidaklah bermanfaat pengikraran dengan kenabian Nabi Muhammad saw.

Dikutip dalam al burhan juga bahwa sesungguhnya kesempurnaan Islam adalah dengan keyakinan kepada Walayatu ali alaihi salam yang jelas-jelas penisbatan kepada Ali merupakan kebohongan yang sengaja dikarang.

Atas dasar ini banyak sekali tuduhan-tuduhan yang dilancarkan kaum syiah kepada kaum sunni, sebagaian telah dipaparkan di atas, syiah memberikan standarisasi yang berbeda terhadap islam, tuduhan-tuduhan keji dan tidak mendasar pun sering dilontarkan dari pihak syiah kepada para sahabat, di dalam buku syubhat haula hadis muqoror tingkat dua Ushuluddin universitas al Azhar dimaktubkan bahwa, hadis yang diriwayatkan oleh sahabat sebelum fitnah bisa diterima sanadnya dan dianggap shohih namun tak kala terjadi tahkim, hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang tidak memberikan dukungan kepada Ali bin abi tholib ra bisa dikatakan tidak sah meskipun secara sanad adalah benar bahkan mereka menuduh beberapa sahabat nabi ada yang menyembunyikan hadis tentang kesahan ali sebagai penerus nabi Muhammad saw.

Dalam Orasi ilmiyahnya di mesjid iman di kawasan makrom abied, madinet nashr dr.Muhammad Yusri ketua bidang buhus American Open University pernah mengutarakan bahwa syiah pernah menuduh Abu Hurairah RA, sebagai seorang pembohong yang tidak bisa diterima hadis yang pernah diriwayatkan olehnya , ini semua dilayangkan disebab tuduhan yang tidak mendasar dan tidak bertangung jawab terhadap Abu hurairah sendiri, di mata syiah tidak mungkin seorang abu hurairah yang hanya sebentar bertemu dengan rasulallah saw bisa meriwayatkan hadis yang lebih banyak dari Ali bin abi tholib ra.


Hakikat pertentang Syiah dan sunni.

Pertentangan antara syiah dan sunni bukanlah pertentangan yang ringan dan sepele yang hanya meributkan masalah qunut subuh itu wajib atau tidak, perlu diingat pertentangan yang terjadi antara syiah dan sunni adalah pertentangan yang menyangkut uluhiyah atau masalah ushuliyah agama yang tidak bisa dianggap enteng, penghinaan terhadap sahabat nabi merupakan perbuatan keji yang tidak bisa dimaafkan begitu saja ancamannya adalah neraka, penyerangan terhadap keyakinan-keyakinan yang murni pun tidak bisa ditoleril begitu saja, masalah ini merupaakn masalah yang bisa menimbulkan fitnah yang besar dikalangan umat islam.

Beberapa kaum orientalis barat pun mengambil pandangan-pandangan syiah yang miring ini untuk menyerang islam, para orientalis barat mulai menghembuskan isu-isu atau kejangalan tentang kemurnian ajaran islam melalui sejarah dan pendapat-pendapat ulama syiah yang melenceng, contoh kasus tadi yaitu kasus menuduh Abu hurairah sebagai pembohong besar yang tidak layak meriwayatkan hadis, padahal perlu diingat hadis yang diriwayatkan Abu hurairah merupakan hadis-hadis yang kebanyakan mengenai masalah ushuliyah dan merupakan sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis, anadaikan saja pendapat ini dibiarkan maka bisa jadi agama islam menjadi rusak.

Syiah beberapa kurun waktu yang lalu menyerukan untuk mengadakan taqrib Al madzahib terhadap Ahlu Sunnah, dan beberapa golongan islam seperti Ikhwanul Muslimin pun menggapinya dengan tangan terbuka namun pada akhir-akhir ini banyak sekali tokoh-tokoh islam sunni yang pertamanya mengdukung terhadap taqribul al mazhahib merujuk kembali pendapat mereka seperti said hawa, Dr Musthofa Assyibai` dan Bahkan Dr yusuf Al qhorodowy yang dengan lantang menyerukan taqrib Al mazhahib pun mulai gamang ketika ditanya tentang perseteruan umat islam di Iraq yang banyak menelan korban dari sunni sebagaimana terekam dalam rekaman wawancara beliau di sebuah situs di internet.

Taqribul madzahib, penulis memiliki pandangan lain, isu politik telah berbicara, bukan lagi semangat keagamaan lagi yang berbicara, ideologi tuqiyah lah yang berbicara yaitu ideologi menyembunyikan wajah asli mereka, sehingga tak kala mereka berdialog dengan Dr yusuf Al qhordowy mereka mengaku bahwa mereka tidak pernah menghina sahabat nabi dan lain sebagainnya namun jika dirujuk pada buku karangan ulama-ulama mereka sangat bertentangan. Dr Azhar dalam orasi ilmiahnya pernah menerangkan tentang teologi tuqiyah yang sebenarnya memiliki tujuan terbesar yaitu merancang persia raya dibawah kekuasan syiah al imamiyah.

Belajar dari sejarah pernah terjadi pada perang dunia kedua negara rusia yang dipimpin oleh penguasa yang belatar belakangan sosialis berjabat tangan dengan seorang pemimpin jerman yang dikala itu seorang yang rasis sekaligus sosialis mereka bersepakat untuk membuat suasana dunia baru di bawah bendera kedua negara namun disayangkan perjanjian itu hanya topeng belaka tak kala jerman diserang oleh sekutu dan takluk rusia yang telah berkerjasama dengan jerman secara mengejutkan memberikan dukungan terhadap sekutu dan pada akhirnya membagi jerman menjadi dua bagian sehingga rakyat jerman tersiksa.

Hal ini pun bisa terjadi pada sunni dan syiah, taqrib mazahib tidak akan pernah terjadi karena syiah bukanlah mazhab melainkan firqoh yang memiliki ideologi dasar yang berbeda dalam bidang aqidah yang tidak bisa ditolelir Jangan biarkan niat baik kita terhadap mereka menjadi senjata yang akan melawan kita sendiri, belajar dari jerman dan rusia tadi seharusnya kita mengambil pelajaran bahwa politik adalah menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan utamanya, buat apa membuat sebuah pendekatan sedangkan dibelakang kita banyak suadara-saudara kita di Iraq dan di libannon masih dibantai dan dibunuh, biarkan sejarah yang menentukan jalanya sendiri karena kebenaran adalah kebeneran tidak mungkin kebohongan menjadi sebuah kebenaran dan tidak mungkin akan bersatu antara kebenaran dan kebatilan.

Jangan kita korbankan kepercayaan kita hanya untuk perdamaian sesaat saja, penyelesainya masalah antara syiah dan sunni hanya satu yaitu syiah melepaskan kesyiahanya dan kembali kepada Alqur`an dan Assunah sebagai landasan keimanan dan keagamaan mereka dan penulis yakin suatu saat ini pasti akan terjadi.

Wallahu`alakm bishowab





2 komentar:

  1. zaman sudah modern, akses semakin mudah, coba anda pikirkan dengan teliti, apakah 80 juta org syiah yang pergi haji itu kafir? berani kah anda menanggung dosa penilaian anda yang belum tentu benar, tetapi juga belum tentu salah, adil lah dalam menilai sesuatu.carilah kebenaran dengan niat ihlas dan terbuka, jgn terpengaruh oleh firqoh2 terlebih dahulu, pakailah metode ilmiah yang berlaku dimanapun dalam mengkaji sesuatu.

    BalasHapus
  2. anda akan paham jika anda mengenal lebih dekat dengan syiah dan ajaranya, saya tidak mengatakan dengan tanpa bukti tapi memang begitulah adanya fakta yang ada di timur-tengah, kebenaran bukanlah kita yang menentukan melainkan bukti yang menjadi pembuktian yang ada, apakah saya tidak adil?? tidak adil dari segimana ? justru sikap yang tidak menganggap ada keanehan dalam beberapa ajaran syiahlah yang tidak adil karena, sikap tersebut seakan membiarkan hal yang batil, lalu apakah mereka kafir, jika amalanya seperti apa yang saya paparkan tadi berarti telah kafir secara nyata, jika tidak sesuai dengan apa yang saya paparkan maka dia tidak kafir, saya tidak mengatakan mereka kafir akan tetapi ajaran islamlah yang mengatakan demikian, namun apakah mereka masuk neraka, Allah lebih tahu tentang hak seseorang harus masuk surga atau neraka

    BalasHapus

Komentar yah