.

14 Agustus, 2009

Globalisasi

Globalisasi, satu kata yang sudah tidak aneh lagi, karena globalisasi sudah ada dan terjadi, hampir semua media bahkan personal membahas hal ini, namun bagaimana dan bentuknya memang belum ada sebuah penjelasan yang jelas dan mendetail tentang hal ini, ada yang memberi prediksi bahwa globalisasi adalah sebuah kemajuan manusia yang tidak bisa ditawar-tawar lagi namun di seberang sana ada pula yang berpandangan bahwa globalisasi adalah bentuk baru dari penjajahan di masa modern yang anti imperial dan penindasan yang sudah lama dihapus semenjak dicanangkan piagam PBB Pasca perang dahsyat perang dunia II yang hampir melibatkan seluruh negara di dunia:

Arti dan Hakikat Serta Sejarah Globalisasi :

Ahmad yang baru lulus SMU yang berkebangsaan Indonesia memiliki keinginan untuk meneruskan studinya ke sebuah negara yang memilki julukan ardul Anbiya, maka dia pun mendaftarkan dirinya ke kakak kelasnya yang ada di mesir dengan cara mengirim SMS dengan kartu Mentari yang diproduksi PT Indosat yang setengah sahamnya baru saja dibeli oleh singapura, beberapa hari kemudian kakak kelasnya yang ada di mesir pun menyuruh ahmad untuk mengirim berkasnya lewat FedeEx agar lebih aman dan cepat karena, FedeEx adalah jasa pengiriman berkas yang terpercaya yang dikelola oleh negara adidaya Amerika Serikat, setelah beberapa bulan urusan ahamd pun sudah rampung dan ditetapkan bahwa dia akan terbang ke mesir menaiki maskapai penerbangan kuwait airways, yaitu maskapai penerbangan dari negeri petro dolar yaitu kuwait karena lebih murah dan terpercaya, dengan jenis pesawatnya boeing buatan amerika, sesampai jam menunjukkan pukul 18.00 waktu cairo dan sudah tiba saatnya bagi ahmad untuk berbuka, dengan sekaleng pepsi yang diproduksi di mesir di bawah lisensi amerika serikat.

Sepenggal cerita di atas adalah sedikit pengertian dari globalisasi yang terjadi di dunia sekarang ini, mungkin jika sedikit menilik alam sekitar, dan aktifitas manusia yang saling bersingungan, kejadian diatas mungkin bukan suatu hal yang aneh, bisa dikata kejadian diatas adalah sedikit contoh konkrit dari lautan globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini, karena dari sederet kejadian diatas setelah dibaca dengan cermat dan teliti secara tidak sadar ahmad telah menikmati akibat dari globalisasi yang memang hamper meyentuh setiap sendi kehidupan di seluruh Negara.

Kata "globalisasi" berakar dari kata global, yang memiliki makna universal atau menyeluruh, namun Globalisasi sendiri belum memiliki definisi yang tepat dan mengena, kecuali sekadar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sudut pandang mana personal melihatnya. Sebahgian Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial yang berjalan secara alamiah yang diakbatkan proses sejarah yang panjang, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia untuk menjadi lebih terikat satu sama lain sehingga ketergantuangan di antara negara pun semakin erat, dan pada akhirnya yang terjadi adalah satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan koeksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi, identitas bangsa dan budaya masyarakat.

Ada opini yang berkembang pada saat ini tentang globalisasi, bahwa proses globalisasi akan membuat dunia seragam. dalam proses globalisasi itu sendiri akan menghapus dengan sendirinya identitas dan jati diri personal. Kebudayaan lokal dan adat isti adat suku atau etnis akan ditelan oleh kekuatan budaya besar yang berkuasa pada saat itu atau kekuatan budaya global sebagaimana selaras dengan statement ibnu kholdun bahwa bangsa yang lemah cenderung mengikuti bangsa yang berkuasa dan adidaya pada masa yang sama.

Opini di atas atau jalan pikiran yang telah dipaparkan di atas tidak sepenuhnya benar. Kemajuan teknologi komunikasi secara fakta telah membuat batas-batas dan jarak menjadi hilang dan tak berguna. Namun John Naisbitt (1988), dalam bukunya yang berjudul Global Paradox memaparkan hal yang justru bersifat paradoks dan bertentang dengan fenomena globalisasi. John Naisbitt dalam opininya mengemukakan pokok-pokok pikiran lain yang paradoks, yaitu semakin manusia menjadi universal, tindakan kita haruslah semakin kesukuan, dan berpikir lokal, namun tetap selalu bertindak global. Hal ini dimaksudkan haruslah mengkonsentrasikan pula kepada hal-hal yang bersifat budaya yang memang menjadi ciri khas personal itu sendiri, dengan demikian masyarakat setempat masih tetap bisa berkembang seperti yang lain disamping itu mereka masih tetap bisa mempertahankan tradisi dan corak masyarakat itu sendiri sebagai modal pengembangan ke dunia Internasional.

Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek terselubung yang diarsiteki oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari point of view ini, globalisasi memberikan jalan baru terhadap paham kapitalisme dalam konteks yang paling lembut dan halus dalam mencengkram negara-negara dunia ketiga, sehingga tak heran gurita kekuasaan Negara-negara yang kuat dan kaya, praktis akan mengendalikan ekonomi dunia. Sebab, jika membuka topik pembahasan globalisasi cenderung berkaitan besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya.

Giddens dalam bukunya yang berjudul Runaway World, How Globalisation is Reshaping Our Life. dalam Bukunya tersebut berisi pemaparan teoritis berkaitan dengan satu fenomena yang belakangan ini menggejala hampir diseluruh tempat dan dirasakan oleh siapa aja. Globalisasi, merupakan Sebuah fenomena baru. Meski demikian, fenomena tersebut telah berhasil merubah sendi-sendi kehidupan manusia. Masa yang bergulir. Dan manusia hidup sekarang ini adalah masa yang sangat berbeda dengan masa sebelumnya.

Jaman ini, menurut Giddens, adalah bersifat liar, ia berlari, menggilas dan mengijak kehidupan manusia tanpa pandang bulu. Sekarang ini adalah setitik masa dari telaga waktu yang luas, namun memiliki resiko kehidupan yang sangat tinggi (high consequence risk). Selain itu, pada masa ini pulalah realitas ruang dan waktu menjadi tidak berarti, karena dimensi ruang telah dicabut dari dimensi waktu. Dalam artian jarak sejauh mana pun sekarang bisa diatasi hanya dengan sebuah kotak kecil yang terletak di pocket yang disebut seluler, sehingga orang yang tinggal di mesir tidak perlu lagi berjalan berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan hanya untuk mengatakan hello kepada sahabatnya yang ada di Indonesia.

Jika diruntun secara seksama, tumbuh pesatnya globalisasi sangat terkait erat dengan perkembangan tehnologi, sehingga mungkin bisa dikata Alexander graham bell lah yang pertama bisa menghilangkan batas ruang dan waktu, kemudian disusul oelh perkembangan-perkembangan dalam bidang IT lainya semkain meruntuhkan batas ruang dan waktu, jika dahulu manusia hanya mengenal daerah sekelilingnya saja, namun sekarang mau tidak mau dengan seiringnya makin meluasnya alat-alat komunikasi dan makin cepatnya akses informasi yang didapatkan oleh seseorang dengan secara tidak sadar ia telah memasuki dunia secara global dan memaksa dia untuk andil dalam globalisasi itu sendiri sehingga tidak aneh jika seorang bocah yang hanya duduk di depan sebuah layar computer di sebuah desa terpencil biasa mengetahui kabar tentang berbagai informasi-nformasi penting tentang kejadian-kejadian yang ada di berbagai Negara bahkan disudut dunia sekalipun.

Perang kebudayaan dan pikiran semakin meluas dan marak terjadi saat-saat seperti ini didukung dengan system tehnologi yang sangat luas, opini-opini pun dibentuk dan diarahkan, siapa yang menguasai bidang ini bisa dikata dialah pemenangnya, siapa yang tidak memiliki ciri khas dan keatifitas hanya bisa menjadi kaum konsumen yang hanya duduk termenung sambil angguk-angguk dan geleng-geleng tanpa bisa berbuat apa-apa.

Globalisasi memang tak bisa dihindari, justru keberadaan dunia seperti sekarang ini sangat mendukung, perkembangan ekonomi semakin meluas, keinginan manusia semakin serakah dan ingin menguasai segalanya, sehingga tak heran para kaum-kaum imperialispun mulai menyusup dengan cara halus dan bermain cantik sehingga si korban tak sadar telah masuk dalam areal neo-imperialis

Globalisasi Antara Kepentingan Negara Adidaya Dan Neo-Imperialisme.

Rangkaian rantai-rantai penjajahan telah dipangkas habis oleh Piagam PBB, beberapa negara adidaya yang kuat pun terpaksa melepaskan negara jajahanya sehingga muncul lah negara dunia ketiga, namun jika dilihat dari sisi lain sebahagian Negara adidaya masih belum rela dan legawa dengan itu, karena secara fakta, Negara dunia ketiga merupakan Negara yang menyimpan potensi alam yang sangat kaya sehingga membuat air liur negera adidaya menetes dan terus menetes.

Memang Globalisasi jika dicermati merupakan satu propaganda terselubung yang telah dirancang jauh-jauh hari sebelum piagam PBB dicanangkan dan disetujui oleh umat dunia, oleh karena itu Bung Karno Sang Bapak Negeri sekaligus Orator ulung bangsa sering kali memperingati Negara dunia ketiga agar supaya mencermati gerakan neo-imperialisme setelah imperialisme kuno bergulir, karena neo-imperialisme itu lebih terasa halus sekali dalam prakteknya dilapangan dibanding imperialisme kuno, satu contoh saja jika dahulu jepang menjajah indonesia secara the fact and the jury maka secara jelas dan nampak bentuk dari penjajahanya dan mekanismenya namun neo-imperialisme jepang yang baru adalah dengan cara menanamkan di hati bangsa Indonesia agar terus tergantung kepada bangsa jepang terutama di bidang ekonomi, dan penggambaran ini bisa kita terawang dalam kenyataan di pasaran bagaimana merajanya produk jepang di Indonesia dibanding produk bangsa sendiri.

Namun sebenarnya tak pantas pula jika kita selalu menyalahkan bangsa lain, lebih baik bagaimana kita menghadapi globalisasi itu sendiri, sebab kita menutup mata atau membuka mata tentang hal itu, lambat laun globalisasi pun akan melibatkan Indonesia ke dalamnya. Sebagaimana pemaparan John Naisbitt di atas, yaitu semakin manusia menjadi universal, maka setidaknya tindakan kita haruslah semakin kesukuan, dan tetap berpikir lokal, Namun jangan lupa untuk bertindak global. Jika sudah seperti itu maka budaya bangsa yang luhur tidak akan luntur dan luluh dengan hanya serangan budaya liberal tanpa nilai yang hanya bisa merusak, dan dengan demikian setidaknya tolak ukur budaya ketimuran yang penuh dengan keramah tamahan bisa menjadi filter yang baik bagi pribadi bangsa Indonesia.

Satu hal lagi yang perlu menjadi perhatian yang serius, yaitu faktor agama, karena agama islam pun mengalami ancaman yang besar dalam globalisasi pergeseran nilai pun bisa terjadi, jangan sampai nilai-nilai islam yang luhur dikotori oleh pemikiran bebas yang liar yang hanya mengandalkan akal semata tanpa dibentengi oleh filter Alqur`an dan Assunnah, dan seyogyanya kita yang berkebangsaan Indonesia yang muslim dapat menjadikan dua asas di atas sebagai benteng dari budaya luar yang pada masa kini yang sangat lah mudah untuk masuk, apalagi kebiasaan lama bangsa kita yang lebih bangga meniru budaya lain yang kecenderunganya lebih kuat dari pada menghargai budaya sendiri.

Jika sudah begitu maka kita tidak akan takut menatap silaunya cahaya globalisasi, dan kita dapat berkarya dan lebih yakin terhadap kemampuan yang dimiliki serta lebih bangga, karena islam telah menjawab semuanya dengan bukti takkala rasulallah SAW menawarkan islam yang luhur dan tidak kosong dari sisi spiritual ternyata dapat diterima dan cocok diterapkan pada bangsa yang berbeda-beda. bukankah ini yang sedang dicari oleh barat, ketika kemajuan tehnologi mereka yang dahsyat dan mengagumkan telah mencapai puncaknya, namun mereka masih merasa ada yang kurang dan ternyata yang kurang dari diri mereka adalah sisi spiritual dalam diri mereka sehingga tak heran Negara Swiss yang perkapitalnya terbesar di dunia memilik angka bunuh diri paling besar di dunia.

Pesimistis bukanlah yang kita butuhkan sekarang ini dalam menghadapi dahsyatnya globalisasi, karena jika kita hanya melihat saja tanpa melakukan perbaikan dari segi sumber daya manusia maka bisa jadi, Indonesia akan menjadi orang asing di negeri sendiri dan kita hanya bisa gigit jari saja tak kala melihat keberhasilan bangsa lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar yah